content=' Desa di Kab.Lamongan' name='description'/>

Menu

SEJARAH TERBENTUKNYA DESA TUNGGUN JAGIR

     Konon menurut cerita orang-orang tua, ada seorang suami istri yang bernama : KAKI LAKAR dan NINI LAKAR, kedua oang suami istri itu memulai membuat rumah kecil yang bahannya dari bambo dan atapnya terbuat dari alang-alang ( pondok kata orang jawa), setelah pondok/ rumah kecil jadi, kedua orang itu memulai berkebun yang ditanami tanaman yang bisa dimakan seperti : jagung, ketela pohon, pisang dan lain-lain.
Lalu untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya seperti : mandi, minum, mencuci, dan lain-lain. Mereka menggali sumur kebetulan tanah yang digali itu keluar sumber mata air yang sangat besar kira-kira 1 m² tempat galian itu sekarang disebut “ SENDANG GEDEH”. Karena keberadaan Sendang Gede itu, orang – orang mulai berdatangan dan membuat rumah disekitar sana. Sebelum Kaki Lakar dan Nini Lakar meninggal mereka berpesan “ Tungguen – tungguen” (dalam bahasa jawa). Karena pesan Kaki Lakar dan Nini Lakar itu mereka member nama desa “TUNGGUN” maka jadilah sebuah desa.
      Dan sejak jaman Belanda ada 3 orang laki – laki pelarian dari jawa tengah yaitu jepang planelan, adapun 3 orang itu bernama :
1. Coh Pati
2. Coh Menggolo
3. Jaya Menggolo

      Kemudian ketiga orang itu dijadikan lurah berbagai daerah yaitu :
1. Coh Pati : Menjabat lurah di desa Jagir
2. Coh Menggolo: Menjabat lurah di desa Tunggun
3. Jaya Menggolo: Menjabat lurah di desa Sumber Bendo
      Coh Pati dan Coh Menggolo berebut kekuasaan, kemudian terjadi perkelahian dan perkelahian itu dimenangkan oleh Coh Menggolo, kemudian desa Jagir menjadi wilayah desa Tunggun dan pada akhirnya desanya diberi nama “Tunngunjagir” dan pusat pemerintahannya di Tunggun.
      Didalam pemerintahan Coh Menggolo warga desa Tunggunjagir mempunyai 4 kepercayaan yang berupa sebagai berikut :
1.Bintang : Membuktikan masyarakat Tunggunjagir mayoritas beragama islam .
2.Pohon Ringin : Menggabarkan kesejukan untuk semua masyarakat dan setiap ada hajatan harus membuat sesaji yang berupa telur, bunga, dan uang logam, yang dibungkus dengan daun pisang ( takir dalam bahasa jawa) dan di tempatkan di bawa pohon ringin dan bagi kemanten harus ngarak (dalam bahasa jawa) ke pohon ringin, orang Tunggun member nama Ringin “Pengarakan” karena kalau tidak dilaksanakan akan gila / kesurupan.
3.Gunung : Gunung Gondo Sekar biasanya digunakan untuk bersemedi / bertapa. Dan setiap tahun harus menghadirkan hiburan yang berupa Wayang Kulit. Mereka percaya kalau tidak dijalani masyarakat Tunggunjagir akan terkena musibah misalnya : rumah penduduk terbakar, kemalingan dan lain – lain.
4.Sumber : Di desa Tunggunjagir banyak sekali sumber – sumber ( disebut
Sendang). Diantaranya Sendang Gede, Sendang Nganten, Sendang Nduwur, Sendang Nyamplung, Sendang Lumbang, Sendang Kotak, Sendang Bendo, dan Sendang Londo. Dan setiap ada hajatan harus
ada yang mencuci beras ke Sendang Gede kalau tidak dilaksanakan akan sakit – sakitan. Dan setiap ada manten harus mandi atau cuci muka di Sendang Nganten, konon kata orang tua danyang Sendang Nganten itu Ingin tahu orang yang menjadi manten, kalau tidak dilaksanakan akan gila.
      Masyarakat tunggujagir mayoritas orang –orangnya memperdalam bidang kesenian, buktinya:
1.Mocopat : Yakni semacam lagu yang sudah ada sejak turun temurun dan setiap ada pernikahan yang mempunyai keturunan tidak punya wali itu harus mengadakan Wali Goro. Wali goro diiringi tembang Kinati, Sinom, Mijil, Pucung, Asmorodono kalau tidak dilaksanakan akan sakit seperti rambutnya rontok / gundul
katanya kepanasan.
2.Ludruk : Yang dipimpin oleh Pak Gabuk
3.Wayang : Yang dipimpin oleh Ki Dalang Jasemo diteruskan Ki Dalang Darum
Diteruskan Ki Dalang Pak Lik dan diteruskan Ki Dalang Jono.
4.Ketoprak : Yang dipimpin Sumoradi
5.Wudut : yang melakukan Rasidin
6.Reog : yang dipimpin Pak Rum
7.Jidor : Yang didirikan oleh Mbah Suro Empran, dan sampai sekarang masih ada dan sekarang yang dikenal “MARHABANAN/ SHOLAWATAN” yang dibawakan oleh Remaja Masjid.
8.Pencak Silat : Yang mengajarkan adalah Mba Suro Empran.
9.Tulisan : Tulisan dari daun lontar membuktikan zaman dahulu orangnyakreatif . Tulisan itu berisi surat Yusuf, yang membuat adalah Mba Pardi lalu diwariskan kepada Mba Arso (anaknya). Dan sekarang diabadikan di museum SUNAN DRAJAT . Konon dulu membuatnya dengan alat yang dinamakan pangot (pisau kecil).